-->

Pahlawan Sejati Pembela Bangsa

Pahlawan Sejati Pembela Bangsa - Halo kawan,apa kabar? Semoga baik ya, dan salam sejahtera buatmu. Kali ini, saya akan posting tentang pahlawan-pahlawan sejati yang membela bangsa. Hal yang pertama dan utama adalah kita harus mengetahui arti dari pahlawan sejati.

Menurut saya, pahlawan sejati rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk suatu kebaikan dalam cara apa pun. Dan kali ini, saya akan memberikan kisah mengenai perjuangan beberapa pahlawan sejati pembela bangsa sebagai berikut:

1. Kapitan Pattimura

Kapitan Pattimura
Kapitan Pattimura merupakan pahlawan bangsa yang lahir di Negeri Haria, Saparua, Maluku pada tahun 1783. Ia bernama asli Thomas Matulessy. Perlawanannya terhadap penjajah Belanda pada tahun 1817 sempat merebut benteng Belanda di Saparua selama 3 bulan setelah sebelumnya menghabisi seluruh pasukan Belanda di benteng tersebut. (hebat kan :D)

Namun,akhirnya sang kapitan tertangkap,pengadilan kolonial Belanda menjatuhkan hukuman gantung padanya.Eksekusi yang dilakukan pada tanggal 16 Desember 1817 akhirnya merenggut nyawanya.

Tetapi kawan,ia merupakan pahlawan sejati pembela bangsa, ia tunjukkan perlawanan sejati dengan tidak menerima tawaran perdamaian agar tidak wafat di tiang gantung. Ia lebih memilih wafat di tiang gantung sebagai kesuma bangsa daripada hidup bebas sebagai penghianat. Inilah pahlawan sejati yang patut di contoh.

Kata-katanya yang terkenal sampai sekarang adalah:
"Kalian bisa membunuh pattimrua ini , tapi akan muncul pattimura-pattimura lain di negeri ini" ucapan pahlawan sejati  yang ia katakan sebelum wafat. Dan ini memang terbukti, setelah ia wafat. Masih banyak orang yang meneruskan perjuangannya yang disebut sebagai pattimura baru.


2. Sultan Ageng Tirtayasa

Sultan Ageng Tirtayasa
Sultan Ageng Tirtayasa lahir di Banten pada tahun 1631 dan wafat di Jakarta pada tahun 1692. Sultan Ageng Tirtayasa merupakan raja Banten yang terkenal akan keberaniannya menolak bekerjasama dengan Belanda. (hebat :D)

Perlawanannya terhadap Belanda dilakukan dengan melakukan serangan-serangan gerilya terhadap Belanda. Aibatnya, blockade laut Belanda berhasil dibongkarnya,kapal dan perkebunan teh milik Belanda pun hancur ditangan para pejuang Banten.Hal ini sangat merugikan Belanda.

Akhirnya, Belanda melakukan strategi adu domba untuk mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa. Belanda melakukan rencana jahatnya ini dengan menghasut Sultan Haji,anak tertua Sultan Ageng Tirtayasa. Sultan Haji mengira ayahnya akan menyerahkan kekuasaan kepada Pangeran Purbaya. Akhirnya, Sultan Haji membantu Belanda mengalahkan Sultan Ageng Tirtayasa.

Akhirnya Sultan Ageng Tirtayasa berhasil ditangkap dan dibuang ke Batavia (Jakarta) hingga akhirnya wafat di penjarapada tahun 1692. Perjuangan sejatinya ini harus kita tiru.


3. Sultan Hassanudin

Sultan Hassanuddin
Sultan Hasanuddin atau yang sering dikenal dengan nama julukan "Ayam Jantan dari Timur"  lahir di Makasar, Sulawesi Selatan  tanggal 12 Januari 1631.
Beliau meninggal juga di Makasar tanggal 12 Juni 1670 pada usia yang cukup muda, yaitu 39 tahun.
Selama masa hidupnya, Sultan Hasanuddin juga dikenal dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. (Whuaaaah.. panjang banget namanyaaa) .
Nah, setelah beliau memeluk agama Islam, ia mendapat tambahan gelar lagi, yaitu Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana .

Sultan Hasanuddin adalah putera kedua dari Sultan Malikussaid, Raja Gowa ke-15. Saat menjadi Raja Gowa ke-16 , menggantikan ayahandanya, ia dijuluki De Haantjes van Het Oosten (Ayam Jantan/Jago dari Timur) oleh Belanda karena keberaniannya.

Sultan Hasanuddin memerintah Kerajaan Gowa  ketika Belanda sedang berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah.
Asal kamu tahu saja, ketika itu, Kerajaan Gowa merupakan kerajaan besar di wilayah timur Indonesia yang menguasai jalur perdagangan.

Tahun 1666, di bawah pimpinan Laksamana Cornelis Speelman, Belanda berusaha menundukkan kerajaan-kerajaan kecil, tetapi mereka belum berhasil menundukkan Kerajaan Gowa.
Karena Sultan Hasanuddin berusaha menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia bagian timur untuk melawan Belanda.
Pertempuran antara Belanda dan para pejuang Kerajaan Gowa terus berlangsung.

Belanda menambah kekuatan pasukannya hingga pada akhirnya Gowa terdesak dan semakin lemah sehingga pada tanggal 18 November 1667 bersedia mengadakan Perdamaian Bungaya  di Bungaya.
Dengan perjanjian ini, Gowa merasa dirugikan. Karena itu Sultan Hasanuddin mengadakan perlawanan lagi. Akhirnya pihak Belanda minta bantuan tentara ke Batavia.
 
Pertempuran kembali pecah di berbagai tempat. Hasanuddin memberikan perlawanan sengit.

Bantuan tentara dari luar menambah kekuatan pasukan Belanda, hingga akhirnya berhasil menerobos benteng terkuat Gowa yaitu Benteng Sombaopu  pada tanggal 12 Juni 1669.
 
Akhirnya, Sultan Hasanuddin mengundurkan diri dari takhta kerajaan dan wafat pada tanggal 12 Juni 1670. Dan dimakamkan di Katangka, Makasar . (sumber sultan hassanudin:kidnesia.com)

Nah kawan, terima kasih sudah membaca dan semoga bermanfaat. Jika ada  kritikan,pertanyaan dll. Silahkan berkomentar. :D

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel